MAHASISWA ITB BANGUN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI DI DAERAH PERBATASAN
Berita ini dipostkan pada hari : Friday, April 9, 2010, 21:15
Jakarta, 9/4/2010 (Kominfo-Newsroom) – Sebanyak 55 mahasiswa
Institut Teknologi Bandung (ITB) diterjunkan ke daerah terdepan dan
tertinggal di perbatasan untuk menyiapkan sistem teknologi
informasi (TI) melalui sistem multicast sehingga diharapkan semua
guru, murid, dan masyarakat di daerah itu mendapatkan ilmu-ilmu
terbaru dan terkini.
“Kami akan mencoba melakukan akselerasi dengan
fasilitas-fasilitas TI, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah
tertinggal dan di kawasan perbatasan tetap bisa mengikuti
perkembangan dan mendapatkan ilmu-ilmu yang terbaru,” kata Direktur
SEAMOLEC Gatot Hari Priowirjanto saat jumpa pers di Gerai Informasi
dan Media Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Jumat
(9/4).
Program tersebut, menurutnya, merupakan kerja sama antara
SEAMOLEC dan ITB serta atas permintaan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK)
Kemendiknas RI.
Dikemukakan, selain akan melengkapinya dengan peralatan TI,
program itu juga untuk membantu percepatan kualifikasi serta
pelatihan guru.
Gatot menambahkan, lokasi-lokasi yang sudah terpasang dengan
peralatan multicast semacam itu di antaranya adalah SMKN 1 Bunguran
Timur (Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau), SMKN 1 Entikong
(Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat), dan SMAN Tabukan
Utara (Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara).
Ia menambahkan, untuk tahap selanjutnya, ia juga telah
menyiapkan sebanyak 66 mahasiswa untuk menggantikan dan membantu
daerah lain yang memerlukan percepatan kualifikasi guru dan
peningkatan mutu sekolah.
“Harapannya pada Juli 2010 ini bisa dilaksanakan dan
diprioritaskan untuk guru-guru PGSD (Pendidikan Guru Sekolah
Dasar),” katanya.
Sementara itu pada kesempatan sama Kepala Bagian Perencanaan
Ditjen PMPTK Kemendiknas Siswoyo menyampaikan, untuk mengejar
target pada tahun 2014 semua guru harus berkualifikasi S1, maka
diperlukan terobosan, salah satunya adalah dengan menggandeng
SEAMOLEC.
Untuk daerah tertinggal, satu kelompok kerja guru telah diberi
lima buah laptop, dan dengan sistem multicast ini, harapannya
perguruan tinggi yang akan mengirim materi dapat diterima oleh
teman-teman di daerah,” katanya. (T.Ad/ysoel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar